Blog

28

Jun

2022

Tolong, Selamatkan Istriku | Chapter VII: Kejutan Tuhan

Posted by Stress Management Indonesia
Tolong, Selamatkan Istriku | Chapter VII: Kejutan Tuhan image

Pak Ilham membalas dengan senyuman, seakan mengabarkan dia baik-baik saja setelah banyak perjalanan menuju kenyataan yang belum beruntung dilaluinya. Langkah kecil Ibu Sarah mulai memberi jejak kembali, semoga dengan izin Tuhan bisa memberi kebahagiaan yang beberapa tahun ini menghilang. Setiap gerakan yang dilakukan Ibu Sarah, selalu menjadi perhatian kecil bagi suster Ana.  

Tepat di hadapan jendela, seorang wanita berambut panjang dengan kulit cerah berdiri. Namanya Indri, biasa dipanggil Coach Indri seorang wanita yang akan menemani Ibu Sarah menjemput kabar baiknya. Coach Indri  mempersilakan Pak Ilham dan yang lainnya untuk duduk di sofa. Tidak ada yang tahu sampai kapan Tuhan menjawab doa-doa Pak Ilham, dengan niat yang baik dan usaha maksimal selalu jadi harapan agar sang istri bisa segera membaik.

“Selamat datang, agar tujuan Ibu Sarah kesini dapat sesuai dengan apa yang Pak Ilham harapkan. Perlu kita ketahui bahwa penyakit demensia tidak bisa pulih seutuhnya Pak, tetapi bisa membaik dan memerlukan waktu yang tidak instan tentunya. Nah, jadi harus ada komitmen dari keluarga bukan hanya dari Ibu Sarah saja, karena lingkungan di sekitar Ibu Sarah pun sangat berpengaruh,” jelas Coach Indri. 

“Baik Bu, kali ini kami juga akan berusaha semaksimal mungkin,” ucap Pak Ilham.  

Pak Ilham  menceritakan apa yang terjadi pada istrinya, mulai dari awal didiagnosis demensia hingga kondisinya sekarang. Bagaimana perasaan Pak Ilham yang tidak percaya, kemudian berganti-ganti dokter sampai belum menemukan pengobatan yang cocok. Kini, harapannya kembali ia tanamkan semoga kali ini Tuhan benar-benar memberi kejutan yang ia dambakan. 

“Jadi begini Pak, demensia bukan cuma butuh Ibu Sarah sendiri untuk membaik. Orang-orang di sekitar terutama yang berada di rumah juga perlu dilakukan coaching agar bisa mendukung kondisi Ibu. Saya juga akan memberi resep makanan yang harus dikonsumsi oleh Ibu Sarah selama 30 hari. Tentunya saya berharap hal ini bisa diperhatikan baik itu dari Pak Ilham, Suster Ana dan Ibu mertua bapak.” Coach Indri menjelaskan sambil membuka lembaran-lembaran kertas yang ia pegang. 

Pak Ilham mengangguk-ngangguk paham akan maksud yang dijelaskan Coach Indri. Baru kali ini, di awal pertemuan Pak Ilham mendapatkan hal seperti ini.  

“Kalau boleh tahu, hal apa yang paling dijaga bagi kami orang-orang terdekat Ibu Sarah di rumah?” tanya Suster Ana, pertanyaan yang keluar dari mulutnya mewakili isi kepala Pak Ilham. 

“Mulai sekarang, sebaiknya tidak menggunakan telepon, handphone, televisi atau alat elektronik lainnya di dalam kamar,” Coach Indri kembali menambahkan.

 Usai menjelaskan beberapa hal, Coach Indri segera melakukan terapi ke Ibu Sarah. Selama 15 menit melakukan diffuse, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian beberapa program lainnya.

Setiap dua kali dalam sepekan, Ibu Sarah memiliki jadwal terapi dan rutin dilakukan. Pak Ilham benar-benar menuruti apa yang diamanahkan Coach Indri terkait dengan kondisi rumahnya yang juga harus baik-baik saja. Walhasil selama dua minggu  ada kabar baik yang menghampirinya. Ada perubahan yang kini dinanti. Ibu Sarah yang sebelumnya marah-marah tidak jelas kini, sudah jarang lagi. Teriak-teriak tidak jelas kini, mulai berkurang. 

 Ibu Sarah pasti memiliki kesempatan yang sama dengan semua orang yang juga sedang berusaha melawan penyakitnya. Benar dengan apa yang dikatakan banyak orang. Masih banyak orang yang lebih sedih, lebih sakit dibandingkan apa yang  sedang menimpa keluarga Pak Ilham. Sejatinya, perjalanan hidup selalu saja menemui rintangannya.  

Langit jingga perlahan mengambil peran dari birunya langit. Kicauan burung sore hari menambah tenteram pemandangan di hadapan Pak Ilham. Beberapa bulan ini istrinya terapi berjalan di atas rumput dan program hidroterapi sangat berpengaruh ke Ibu Sarah. Benar-benar menjadi suami siaga. Hampir 24 jam Pak Ilham tidak ingin jauh-jauh dari sang istri dan harus membawa pekerjaan kantor ke rumah, walaupun masih ada suster Ana yang setia mendampingi.

Harapan-harapan Pak Ilham masih akan terus sama. Bukankah ada satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan? Seperti halnya apa yang saat ini dijalaninya. Tuhan selalu menakdirkan dua anak manusia untuk saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Jika dilihat betapa kokohnya rumah tangga yang dijalani Pak Ilham bersama dengan Ibu Sarah menjadi cerminan menghampiri cinta sejati yang tidak ingin saling meninggalkan. 

Jika diposisikan sebagai Pak Ilham. Hal apa yang akan kamu lakukan? Merawat Ibu Sarah hingga batas waktu yang tidak ditentukan atau malah memilih meninggalkan Ibu Sarah di tengah penyakit demensia yang dideritanya. Menjadi jiwa dan raga Pak Ilham bukanlah hal yang biasa,  butuh kesetiaan, keikhlasan dan kesabaran yang tidak dimiliki semua orang. 

Sungguh beruntung  Ibu Sarah, mendapatkan seorang suami yang mampu memuliakannya, menjaganya tanpa kata tapi, menuntunnya tanpa kata balasan ditambah lagi sang mertua yang bisa saja membuat Pak Ilham emosi. Tapi tidak, dirinya malah melewati semua ini dengan sangat baik. 

Wajah Ibu Sarah tampak lebih cerah dibanding hari kemarin, kondisinya tidak lagi memburuk. Hari ini, masuk jadwal terapi lagi. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk sampai di  perjalanan ini. Seusai terapi, Pak Ilham duduk di samping Ibu Sarah memegang erat tangan sang istri sambil mendengarkan penjelasan Coach Indri mengenai perkembangan Ibu Sarah. 

“Su aaaaaa mi ku,” ucap Ibu Sarah terbata-bata dan kurang jelas.  

Secarik harapan muncul di mata Ibu Sarah. Pertanyaan kapan kini sudah menemui jawaban. Bulir air mata sudah tidak bisa dielakkan lagi dari mata sang suami. Kerinduan, ketulusan seakan mengobati segala usaha Pak Ilham. 

Sepuluh tahun, tertanamnya harapan diberi kejutan. Bahwa awan hitam yang dulu di depan mata juga rintik hujan yang setiap waktu tertahan. Akhirnya menemukan pelangi, Pak Ilham memeluk erat sang istri dengan air mata kerinduan yang begitu berarti. 

Based on true story

Written by Andi Iqriani
COPYRIGHT PT Stress Management Indonesia